Dewan Komisaris dan Direksi Pertamina Patra Niaga Kunjungi Program CSR Sekolah Anak Percaya Diri, Agro Tagitoga dan Tenun Fenisa di Makassar, Rabu 6 September 2023. ( Foto : Dokumentasi PT Pertamina Patra Niaga)
Terassulsel.com, Makassar – Dewan komisaris PT Pertamina Patra Niaga, Soerjaningsih, Agustina Arumsari, Muhammad Yusni, dan Anwar, serta Direksi PT Pertamina Patra Niaga, Maya Kusmaya, melakukan kunjungan ke lokasi program CSR (Corporate Social Responsibility) atau yang saat ini dikenal dengan sebutan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di wilayah PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi di Kota Makassar.
Kunjungan tersebut turut didampingi oleh Executive General Manager Pertamina Regional Sulawesi, Erwin Dwiyanto beserta Tim Management.
Terdapat 3 (tiga) program yang dikunjungi yaitu Program SAPD (Sekolah Anak Percaya Diri), Program Agro Tagitoga, serta UMKM binaan usaha tenun. Program SAPD merupakan program unggulan dari Integrated Terminal (IT) Makassar.
Kunjungan yang dilakukan selama sehari ini diawali dengan paparan program yang dilakukan oleh local hero di setiap lokasi program. Local hero merupakan seseorang yang memiliki komitmen kuat terhadap program yang dibinanya, memberikan dampak positif terhadap lingkungan, komunitas local, dan Masyarakat luas, serta menjadi inspirasi bagi Masyarakat disekitarnya.
Diketahui dari program-program unggulan ini, IT Makassar telah berhasil memperoleh Proper Hijau di Tahun 2022, Padmamitra Award 2020, Nusantara CSR Award 2021, ENSIA Award 2022, dan ISRA 2023.
Kunjungan ke Sekolah Anak Percaya Diri
Area Manager Communication, Relation, & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw, mengungkapkan Sekolah Anak Percaya Diri merupakan program CSR/TJSL yang dibina sejak tahun 2018. “Berdasarkan hasil social mapping yang dilakukan IT Makassar di sekitar wilayah operasinya yaitu kelurahan Pattingalloang, Kota Makassar, terdapat anak-anak yang terdampak dari kasus KDRT dan eksploitasi.
Berangkat dari data tersebut, IT Makassar membentuk Sekolah Anak Percaya Diri untuk menjadi wadah bagi anak-anak tersebut untuk melepaskan diri dari tekanan dan trauma serta menjadi tempat untuk pengembangan diri”, ujar Fahrougi.
Lebih lanjut Fahrougi menuturkan, sejak tahun 2018 hingga 2023 Pertamina secara berkesinambungan mendampingi program ini hingga anak-anak SAPD mampu mengalami peningkatan kepercayaan diri berdasarkan pengukuran angket psikolog. “Bukan hanya bantuan infrastruktur yang berupa sanggar belajar dan menari, namun Pertamina turut membantu proses pemasaran dari kemampuan menari anak-anak SAPD usia remaja sehingga mereka mampu memperoleh penghasilan sendiri. Kini mereka berani tampil di event-event dengan bayaran Rp 600 ribu hingga Rp 1,2 juta per event,” tambah Fahrougi.
Ibu Nuraeni yang merupakan Local Hero dari Program SAPD ini mengutarakan rasa Syukur yang sangat mendalam atas kepedulian Pertamina terhadap anak-anak korban kekerasan.
“Terima kasih Pertamina atas komitmennya dalam melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, salah satunya dengan dibentuknya program SAPD ini.
Tempat ini menjadi wadah bagi anak-anak untuk memulihkan diri dari trauma atas apa yang diperoleh dari rumah, tempat ini menjadi sarana pembelajaran, dan tempat untuk mengembangkan minat dan bakat anak-anak, tampak saat awal-awal dibentuk, anak-anak terlihat pendiam, pemalu, suka murung, dan sulit untuk bercerita. Kini mereka lebih ceria, memiliki tata krama, dan berani tampil,” ujar Nuraeini saat menerima kunjungan dari Pertamina. Program ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau SDGs Nomor 4 yaitu Pendidikan Berkualitas.
Dalam kunjungan tersebut Dewan Komisaris dan Direksi melihat langsung tarian yang dipersembahkan oleh anak-anak SAPD, dan tak lupa memberikan bingkisan kepada anak-anak untuk menambah kebahagiaan mereka.
Kunjungan ke Agro Tagitoga Hidroponik dan Budidaya Lele
Selain ke SAPD, Pertamina juga berkunjung ke program CSR/TJSL Agro Tagitoga. Program Agro Tagitoga yang dikembangkan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Bahari Sigalu binaan PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Makassar merupakan program yang memanfaatkan lahan kosong sekitar pemukiman penduduk untuk budidaya tanaman hidroponik dan ikan lele.
Dari hasil hidroponik tersebut dihasilkan bahan pangan seperti tomat, pisang, dan ubi yang kemudian dikelola menjadi snack yang dapat dijual atau menjadi Pemberian Makanan Tambahan di Posyandu. Dari hasil budidaya ini Masyarakat mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi kelompok dan tentunya menambah penghasilan bagi keluarganya. Hal ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau SDGs Nomor 8 yaitu Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
Dewan Komisaris, Muhammad Yusni, saat mengunjungi lokasi Agro Tagitoga menyampaikan apresiasinya kepada KWT Bahari Sigalu. “Ibu-ibu terima kasih atas keikhlasan dan kecakapannya dalam menjalankan program ini.
Tetap semangat mengelola program ini, karena dampak positif yang dirasakan akan kembali ke ibu-ibu sekalian dan Masyarakat sekitar. Pertamina sebagai BUMN tak hanya berprioritas terhadap laba Perusahaan namun juga terhadap pemberdayaan Masyarakat di sekitar wilayah operasinya,” ujarnya.
Kunjungan ke UMKM Binaan Usaha Tenun
Usaha Tenun Fenisa menjadi lokasi terakhir dalam kunjungan Dewan Komisaris dan Direksi Pertamina Patra Niaga. Usaha Tenun ini didirikan oleh Lindayati sejak tahun 2007 dan mulai dibina oleh Pertamina sejak tahun 2020.
Dalam proses produksinya masih mempertahankan teknik pembuatan secara tradisional dan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari rempah. Selain itu, setiap produk yang dihasilkan memiliki histori didalamnya.
Selama menjadi mitra binaan, Fenisa telah mengikuti berbagai pameran baik lokal maupun nasional. Dukungan Pertamina tak hanya sebatas pemasaran namun juga pembinaan berupa pemberian pelatihan manajemen keuangan dan foto produk.
Lindayati, pemilik dari usaha Fenisa tenun menuturkan terima kasihnya atas pembinaan yang telah Pertamina berikan. “Saya diikutsertakan di pameran yang bisa meningkatkan omzet saya dan menambah jaringan pemasaran,” ujar Linda sambil menunjukkan cara menenun benang secara tradisional. (*)